Tuban (beritajatim.com) -
Sambil menunggu berbuka puasa alias ngabuburit, anak-anak di Desa
Genaharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, mengisi dengan bermain
alat musik. Alat yang dimaksud adalah alat musik buatan sendiri yang
menggunakan bahan dari bambu dan daun-daunan.
Pantuan beritajatim.com, Senin (30/8/2010), hasil yang didapatkan dari alat musik yang dibuat sendiri itu tidak kalah dengan alat-alat musik modern. Kombinasi bunyi-bunyian yang dihasilkan alat musik alam itu ternyata sangat merdu dan cukup enak terdengar di telinga.
Untuk membuat alat-alat tersebut cukup mudah. Hanya berbekal parang dan pisau. Anak-anak desa menebang bambu muda dan beberapa helai daun di kebun sekitar rumah mereka sendiri. Dari bahan-bahan itu, anak-anak cukup kreatif untuk menyulap bambu muda serta daun menjadi alat musik yang luar biasa.
Beberapa anak-anak itu membuat alat musik tiup dari batang bambu, hanya sepotong bambu muda yang kedua ujungnya berlubang. Selanjutnya salah satu sisi batang dipotong hingga tersisa kulit tipis bagian dalamnya.
Mereka memberi nama alat tiup itu dengan nama Uru-uru. Nama itu didapatkan dari hasil suara yang sekilas berbunyi "uru-uru". Namun jika sudah dimainkan bersama-sama dan dipadukan bisa menghasilkan suara merdu yang tak kalah jika di banding dengan alat musik modern.
Seperti yang dilakukan oleh Ony (9) bersama teman-temannya. Mereka mengaku, alat tersebut diciptakan saat musim bulan puasa. Sebab, pada saat itulah mereka sedang santai menunggu waktu buka puasa. "Kami selalu bertujuh di bawah bambu ini. Sambil ngabuburit, kita buat mainan tradisional yang asyik," sambungnya.
Hal senada disampaikan oleh Jono (10). Selain menunggu saat buka, alat-alat buatannya sendiri itu juga dipakai untuk membangunkan orang saat sahur. "Untuk membuatnya mudah, tetapi untuk memainkan tidak sembarangan orang yang bisa," jelasnya.
Ditanya mengenai siapa yang membuat pertama kali, Jono tidak mengetahuinya. "Kata orang tua saya, ini sudah turun temurun," jelasnya. [mut/dul/but]
Pantuan beritajatim.com, Senin (30/8/2010), hasil yang didapatkan dari alat musik yang dibuat sendiri itu tidak kalah dengan alat-alat musik modern. Kombinasi bunyi-bunyian yang dihasilkan alat musik alam itu ternyata sangat merdu dan cukup enak terdengar di telinga.
Untuk membuat alat-alat tersebut cukup mudah. Hanya berbekal parang dan pisau. Anak-anak desa menebang bambu muda dan beberapa helai daun di kebun sekitar rumah mereka sendiri. Dari bahan-bahan itu, anak-anak cukup kreatif untuk menyulap bambu muda serta daun menjadi alat musik yang luar biasa.
Beberapa anak-anak itu membuat alat musik tiup dari batang bambu, hanya sepotong bambu muda yang kedua ujungnya berlubang. Selanjutnya salah satu sisi batang dipotong hingga tersisa kulit tipis bagian dalamnya.
Mereka memberi nama alat tiup itu dengan nama Uru-uru. Nama itu didapatkan dari hasil suara yang sekilas berbunyi "uru-uru". Namun jika sudah dimainkan bersama-sama dan dipadukan bisa menghasilkan suara merdu yang tak kalah jika di banding dengan alat musik modern.
Seperti yang dilakukan oleh Ony (9) bersama teman-temannya. Mereka mengaku, alat tersebut diciptakan saat musim bulan puasa. Sebab, pada saat itulah mereka sedang santai menunggu waktu buka puasa. "Kami selalu bertujuh di bawah bambu ini. Sambil ngabuburit, kita buat mainan tradisional yang asyik," sambungnya.
Hal senada disampaikan oleh Jono (10). Selain menunggu saat buka, alat-alat buatannya sendiri itu juga dipakai untuk membangunkan orang saat sahur. "Untuk membuatnya mudah, tetapi untuk memainkan tidak sembarangan orang yang bisa," jelasnya.
Ditanya mengenai siapa yang membuat pertama kali, Jono tidak mengetahuinya. "Kata orang tua saya, ini sudah turun temurun," jelasnya. [mut/dul/but]
0 komentar:
Post a Comment