GE-KA, Kediri, Tahukah
anda,
selain Kanker Payudara, ada satu lagi kanker yang manjadi pembunuh
wanita
yang paling menakutkan. Dialah kanker leher rahim atau kanker serviks.
Kasus
kematian akibat kanker serviks memang masih berada di bawah kenker
payudara,
tapi dari tahun-ke tahun kasusnya terus menunjukkan trend kenaikan. Bahkan
berdasarkan data yang ada, setiap 2 menit sekali satu orang wanita
meninggal
akibat kanker ini. Sementara di Indonesia, kematian wanita akibat
kanker serviks terjadi setiap 1 jam sekali.
Sasaran utama kanker serviks adalah wanita yang berada
pada masa produktif, yaitu pada kisaran usia 30 sampai dengan 50 tahun.
Parahnya lagi, berdasarkan survey, terbukti hanya 2 persen wanita yang
memahami
penyebab terjadinya kanker serviks ini. Jadi pengetahuan wanita seputar
kanker ini
masih sangat minim. Apalagi, dari hampir semua kasus, infeksi
kanker serviks berlangsung tanpa
gejala, sehingga kebanyakan wanita tidak
menyadari dirinya sedang terinfeksi kanker serviks.
Lalu bagaimana agar wanita bisa terhindar dari resiko
kanker leher rahim? Kabid. P2MK Dinas Kesehatan Kota Kediri, Nurul
Qomari,
M.Kes., mengatakan, cara paling mudah yang bisa kita lakukan tentu saja
dengan
cara penerapan pola hidup sehat dan bersih, serta mencintai tubuh kita
sendiri.
“Karena selama ini motivasi dan keinginan untuk merawat badan kita yang
kurang,
ya paling tidak 6 bulan sekali melakukan pemeriksaan.”
Lalu
bagaimana cara untuk mendeteksi apakah kita terinfeksi kanker leher
rahim atau tidak ? Selama ini cara yang
paling lazim dilakukan wanita adalah dengan melakukan pap smear. Pap
smear,
disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel
serviks anda
(bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya,
George
Papanicolaou, MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker
serviks
tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.
Deteksi
dini
sel ini merupakan langkah awal anda menghindari timbulnya kanker
serviks.
Sayangnya dengan pap smear membutuhkan waktu lama untuk
mengetahui hasil deteksi. Tapi jangan khawatir karena kini
telah ada metode baru untuk mendeteksi dini kanker leher rahim. Metode
ini disebut IVA – Inspeksi Visual dengan menggunakan Asam Asetat.
Selain jauh lebih murah, metode ini juga sangat cepat dan
akurat, karena hanya cukup waktu 1 menit untuk mengetahui hasil. Bahkan
metode
ini bisa mendeteksi tahap pra kanker. “Bahkan dengan IVA ini bisa
terdeteksi 10
tahun sebelum kanker, sehingga tahap pengobatan bisa kita lakukan secara
dini,”
jelas Nurul Qomari.
Untuk mencegah meningkatnya kasus kanker leher rahim
terutama di wilayah Kota Kediri, Dinas Kesehatan Kota Kediri telah
mengagendakan untuk memberikan pelayanan IVA di setiap puskemas di Kota
Kediri.
Akhir 2009 lalu Dinkes Kota Kediri bahkan memberikan deteksi IVA secara
gratis
kepada kader PKK se Kota Kediri. “Kami sudah memprogram agar setiap
puskesmas
dapat memberikan layanan IVA. Setiap pasien cukup membayar 20 ribu saja
untuk
tes IVA. Mudah-mudahan bisa terlaksana di tahun 2010 ini,” tambah Nurul.
-----------------------------------
Dr.
Agus
Rahat R., dari Dinas Kesehatan Kota Kediri mengatakan, Penyakit
Kanker Serviks atau Kanker Kandungan seperti pada awal penyakit
kanker yang lain, merupakan penyakit yang kronis dan progesif. Artinya
penyakit
ini mempunyai perjalanan penyakit yang lama, tetapi terus berkembang.
Sehingga
perawatannya dapat berlanjut terus dalam waktu yang lama.
Kanker Leher Rahim (serviks)
berada di bagian depan rahim. Keluhan:
Perdarahan, keputihan, nyeri panggul. Bisa ditularkan pada mereka yang
sudah
aktif secara seksual. Tidak berdasarkan keturunan, tapi disebabkan
karena virus
HPV - Human Papilloma Virus.
Kenapa disebut kanker serviks?
Ini karena kanker serviks terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Sayangnya
kebanyakan infeksi HPV berlangsung tanpa gejala, sehingga kebanyakan
wanita tak
akan menyadari dirinya sedang terinfeksi HPV.
Kanker serviks sebenarnya bisa
dicegah dengan pemberian vaksin, yaitu vaksin HPV. Berdasarkan
penelitian,
terbukti bahwa vaksin HPV berpotensi mencegah lebih dari 70 persen kasus
kanker
serviks di dunia. Vaksin HPV ditujukan untuk perempuan usia 10 tahun
sampai
dengan 55 tahun, dengan jadwal pemberian 3 dosis, yaitu bulan ke-0,
bulan ke-1,
dan bulan ke-6, tapi mahal. “Satu kali vaksin ongkosnya 600 ribu,
padahal untuk
menghindari kanker serviks butuh 3 kali vaksin.”jelas Agus Rahat.
Kenapa kanker serviks
perkembangannya sangat cepat? “Ya, ini karena virus HPV sangat mudah
ditularkan. Jangan salah, bukan hanya wanita yang bisa terinfeksi HPV,
pria pun
juga bisa,” tegas Agus Rahat. Ini disebabkan karena penularannya tidak
harus
melalui hubungan seks melainkan dapat hanya melalui kontak kulit
kelamin, tapi
bisa melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi atau penggunaan
alat-alat
kedokteran yang tidak steril.
“Sebenarnya penggunaan Kondom
dapat mengurangi risiko penularan HPV tetapi tidak memberikan
perlindungan 100
persen terhadap infeksi HPV. Sehingga setiap perempuan tetap berisiko
terkena
infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.”
Selain itu lanjut Rahat, masih
ada faktor lain yang bisa menularkan virus HPV, “Antara lain jika
kita
duduk di toilet umum yang sebelumnya diduduki oleh penderita kanker
serviks,”
jelas Rahat.
Oleh
sebab itu, Dr. Laila Nuranna, dr, SpOG(K), Kepala Divisi Onkologi
Ginekologi Departemen Obstetri–Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia–RSCM, menyatakan bahwa adalah lebih aman untuk buang air di
toilet
jongkok.
Rahat
menyebut 7 faktor yang bisa menyebabkan resiko kanker leher rahim,
yaitu : Hubungan seksual pada usia muda; Berganti-ganti pasangan
seksual; Kurang
menjaga kebersihan daerah kelamin; Sering menderita infeksi daerah
kelamin; Anak
lebih dari tiga; Kebiasaan merokok; serta Infeksi virus Herpes dan Human
Papilloma Virus tipe tertentu.
Gejala
Kanker Leher Rahim
1.
Tahap awal tanpa
gejala, tidak sakit
2. Tahap
lanjut :
a) Keputihan
yang berbau
b) Pendarahan
dari liang senggama
c) Pendarahan
setelah senggama
d) Nyeri
panggul
e) Pendarahan
pasca menopause
Tes
yang bisa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kanker serviks
adalah Tes Pap (mengambil lendir dari serviks untuk dites di
laboratorium); Tes
HPV-DNA (tes biomolekuler),
Kolposkopi
(alat pemeriksaan berupa teropong); Tes IVA - tes menggunakan
asam asetat 3-5 persen.
”Deteksi
dini kanker dengan IVA TEST (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
adalah cara ‘pinter’ untuk mencegah kanker leher rahim pada perempuan. Perempuan
disebut ‘pinter’ jika mampu mencegah
kanker pada tahap lebih awal.”
Dapatkan kenker leher rahim
disembuhkan? Jawabnya tentu saja dapat! ”Asal,
ditemukan pada tahap pra-kanker, terdeteksi melalui pemeriksaan
IVA
TEST, dan mendapatkan penanganan yang tepat.” lanjut Rahat.
Mengapa Harus IVA TEST ?
”Dengan IVA test hasil segera diketahui; Efektif, Aman, dan Praktis;
Teknik
pemeriksaan sederhana; Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah;
Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi; serta dapat dilakukan oleh
semua
tenaga medis terlatih.
Siapa saja yang bisa melakukan
tes IVA ? “Tentu saja bagi mereka yang sudah pernah melakukan hubungan
seksual;
Tidak sedang datang bulan/haid; Tidak sedang hamil; 24 jam sebelumnya
tidak
melakukan hubungan seksual; dan Usia minimal 25 tahun.
Dimana Ada IVA TEST ? IVA TEST
akan hadir di puskesmas-puskesmas; Bila anda memenuhi persyaratan yang
ditentukan, segera daftarkan diri, Jangan Sampai Terlambat ! “Ingat,
mencegah
lebih ‘pintar’ dari pada mengobati !”
Bagaimana jika hasil tes IVA menunjukkan
hasil positif ? ” Pasien yang hasil pemeriksaannya
menunjukkan keadaan
abnormal, akan dilakukan pengobatan dengan metode krioterapi yaitu
sebuah
tindakan medis dengan cara mendinginkan bagian yang sakit sampai dengan
suhu di bawah nol derajat selsius. Metode ini disebut juga terapi gas
dingin.”
Di Kota Kediri pemeriksaan
dengan metode IVA mungkin masih merupakan hal baru, namun di Kota lain,
kepedulian perempuan terhadap pemeriksaan IVA ini sudah cukup tinggi.
Seperti
di Kotas Solo yang pada akhir 2008 lalu mengadakan kegiatan pemeriksaan
kanker
mulut rahim dengan menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
di
Balaikota Surakarta, Jawa Tengah, yang diikuti sekitar 3.000 peserta,
bahkan
berhasil mencetak rekor MURI. Kegiatan pemeriksaan kanker mulut rahim
yang
diselenggarakan Pemerintah Kota Surakarta, Rotary Club, Lion Club, dan
Palang
Merah Indonesia (PMI) Solo itu, disambut antusias oleh warga Kota Solo.