Duk! Duk! Duk! Begitu beduk terdengar, tak sabar rasanya ingin segera
menyantap hidangan yang tersaji di atas meja. Hati-hati, lho! Banyak
lemak jahat dan gula-gula tak sehat bersembunyi di dalam hidangan
berbuka puasa yang legit nikmat itu. Artinya, bahaya kolesterol yang
tidak main-main.
“Kelebihan kolesterol dan menumpuk pada dinding pembuluh darah, akan
mengakibatkan penebalan pada dinding pembuluh darah/ arterosklerosis,
juga stroke . Selain itu, kelebihan trigliserida juga mengakibatkan
penyakit jantung koroner,” ungkap Hersanti Sulistyaningrum, S.Gz ,
Kepala Instalasi Gizi Brawijaya Women and Children Hospital.
Awal Si Kolesterol Jahat
Sebenarnya lemak merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Sebagai
sumber energi, sumber asam lemak esensial dan alat angkut vitamin larut
lemak (A, D, E, K). Lemak juga berfungsi sebagai pelumas, pemelihara
suhu tubuh, serta pelindung organ tubuh agar tetap di tempatnya
(melindungi dari benturan dan bahaya lain).
Kadar kolesterol tinggi tidak berkaitan secara langsung dengan berat badan.
Kadar kolesterol tinggi tidak berkaitan secara langsung dengan berat badan.
Namun sayangnya, pada beberapa orang dengan gangguan metabolisme
lemak bisa terjadi hiperkolesterolemia (tingginya kadar kolesterol
dalam darah) dan gangguan ini bisa menyebabkan penyakit kardiovaskuler.
Tingginya kolesterol dalam darah seringkali dikaitkan dengan kondisi
seseorang dengan kekacauan metabolisme akibat hiperlipidemia
(peningkatan kadar lipid) maupun hiperlipoproteinemia (peningkatan kadar
lipoprotein). Ini disebabkan kolesterol dalam darah bergantung
banyaknya kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein ke dalam darah.
Ada 4 jenis lipoprotein yang umum dikenal, LDL (low density
lipoprotein ), VLDL (very low density lipoprotein ) dan HDL (high
density lipoprotein ). LDL adalah lipoprotein yang dituding sebagai
penyebab hiperkolesterolemia. Bila LDL tinggi dan HDL rendah, maka
risiko serangan jantung meningkat.
Penyebab tingginya kadar kolesterol dalam darah disebabkan banyak
faktor. Seperti, sindrom metabolik, diabetes melitus, hipotiroid,
anoreksia, gangguan tidur, berat badan berlebih, faktor keturunan serta
pola makan tinggi karbohidrat (terutama gula sederhana) dan lemak jenuh
(terutama lemak trans).
Hanya sekitar 20 hingga 25 persen kolesterol dibentuk di dalam hati
dan sedikit kolesterol yang diserap langsung dari makanan sehari-hari.
Namun pola makan buruk juga menjadi pemicu dominan pada hiperlipidemia
oleh faktor genetika.
Kolesterol vs Gemuk
Benarkah hanya orang gemuk yang mengidap kolesterol tinggi?
Jawabannya adalah tidak. Kadar kolesterol tinggi tidak berkaitan secara
langsung dengan berat badan. Tubuh kurus belum tentu terbebas dari
hiperkolesterolemia.
Kolesterol sangat dipengaruhi konsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh. Misalnya, makanan yang digoreng dengan minyak goreng yang dipakai
berulangkali, makanan yang banyak mengandung lemak hewani, serta
makanan yang tinggi karbohidrat.
Fakta menyebutkan, konsumsi makanan tinggi karbohidrat (terutama
olahan) meningkatkan trigliserida, menurunkan kadar HDL dan meningkatkan
partikel LDL dalam darah, membuat pola distribusi kolesterol yang tak
sehat. Jadi, hiperkolesterolemia tak hanya diidap orang gemuk, yang
kurus pun bisa.
Makanan-makanan Tinggi Kolesterol
Kolesterol dibentuk di hati berdasarkan kadar kolesterol dalam darah
pada saat itu. Apabila kadar kolesterol pada saat itu jumlahnya cukup
banyak, maka hati tidak memproduksi kolesterol. Demikian pula
sebaliknya, ketika kadar kolesterol rendah, maka hati akan
memproduksinya. Proses pembentukan kolesterol ini tidak mengenal pagi,
siang, ataupun malam.
Untuk mengurangi risiko pembentukan kolesterol, hindari
makanan-makanan yang dicurigai dapat menaikkan kolesterol dalam darah.
Kolesterol hanya terdapat dalam makanan asal hewan. Sumber utama
kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu full cream ,
keju, udang, dan kerang. Namun pada ayam dan ikan, kandungan kolesterol
relatif sedikit.
Tanpa Gejala
Menurut jurnal medis, peningkatan kolesterol tidak mengakibatkan
gejala spesifik. Namun bila kadar kolesterol di atas 200 mg/dl,
sebaiknya waspada akan risiko gangguan kardiovaskuler.
Konsumsi makanan secara seimbang dan kurangi konsumsi makanan dengan
lemak jenuh berlebih (gorengan dan jeroan) adalah cara menurunkan
risiko tersebut.
Selain itu, konsumsilah serat tinggi mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam darah secara signifikan, serat (pektin) dapat menyerap
kolesterol dalam usus halus dan dikeluarkan melalui feses. Serat ini
bisa didapat dari konsumsi sumber nabati seperti sayuran, buah-buahan,
biji-bijian (seperti havermout, katul dan beras merah).
Sisi Buruk Kolesterol
Kolestrol memang dibutuhkan tubuh, namun di sisi lain, ia dapat
membentuk endapan pada dinding pembuluh darah. Pada jangka waktu lama ia
dapat menjadi penyebab gangguan jantung koroner, penyakit
serebrovaskular dan gangguan-gangguan yang lain.
Ada beberapa hal yang dikaitkan dengan efek buruk kolesterol, yakni
lipoprotein (alat angkut lemak/ lipid) dan trigliserida. HDL merupakan
lipoprotein yang bertugas mengambil kolesterol serta fosolipida dari
dalam darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain untuk diangkut kembali
ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan dari
tubuh. Inilah mengapa, kadar HDL yang tinggi seringkali dianggap sebagai
indikasi kadar kolesterol masih baik.
Sedangkan reseptor LDL di dalam hati mengatur kolesterol darah. Jika
LDL meningkat, maka sel-sel perusak akan menumpuk pada dinding pembuluh
darah dan membentuk plak. Plak yang bercampur dengan protein, akan
ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium sehingga dalam jangka waktu
bertahun-tahun bisa terjadi arteriosclerosis (penebalan dinding dan
penyempitan pembuluh darah penyebab tekanan darah dan beban kerja
jantung meningkat, red.).
Ada pula yang dikenal dengan VLDL, dimana merupakan alat angkut lemak
yang dibentuk di dalam hati dan terdiri atas trigliserida. Nah,
trigliserida itu sendiri merupakan lipida utama dalam makanan yang
fungsi utamanya sebagai zat energi. Kadar trigliserida plasma banyak
dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan.
Kenaikan kadar trigliserida dalam plasma (hipertrigliseridemia)
juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner.
(Nova/Laili Damayanti)
0 komentar:
Post a Comment